Karena blog saya ini bertemakan Olahraga. Maka, Kali ini saya akan berbagi sedikit pengetahuan tentang berdirinya salah satu aliran karate. salah satu ekstra yang saya ikuti di MAN 3 KEDIRI.
Sejarah Berdirinya Karate Kyokushinkai di Indonesia
Besarnya suatu organisasi, tidak lepas dari jasa-jasa para pendiri dan pengembangnya. Sama halnya dengan Kyokushin di Indonesia. Kyokushin di Indonesia saat ini telah tersebar menjadi 8 aliran, dan tersebar luas di seluruh pelosok negeri. Tentunya hal ini tidak terlepas dari jasa orang-orang yang membawa Kyokushin dari Jepang masuk ke Indonesia. Bagaimanakah awal mula sejarah pertumbuhan Kyokushin di Indonesia? Berikut ini ulasannya.
1. Awal Mula keinginan Shihan Nardi T. Nirwanto S.A.
Kisah ini dimulai di sebuah kota kecil di kecamatan Batu, Malang, Jawa Timur. Seorang pemuda dengan semangat yang gigih, tumbuh besar di sana. Beliau adalah Shihan Nardi T. Nirwanto S.A. Beliau semenjak kecil memang sangat gemar berolah-raga, mulai dari renang, sepak bola, bulu tangkis, dan khususnya body building. Hal ini tak lepas dari ayahnya yang juga mempunyai hobi serupa.
Ketika menginjak masa SMA di tahun 1957, Beliau mulai tertarik akan dunia seni beladiri. Saat itu beliau membaca salah satu majalah yang mengisahkan tentang kisah luar biasa dari Grand Karate Master Masutatsu Oyama yang sudah membuka dojo dan memiliki beberapa ratus anggota. Hal ini menarik hatinya karena Kyokushin mampu mengangkat nama karate untuk bangkit kembali, terutama di dunia Barat yang merupakan titik strategis untuk mengubah sesuatu menjadi mendunia.
Setelah perang dunia II, kepopuleran karate mulai digeser oleh Judo dan karate sendiri menjadi seakan-akan dikebiri oleh peraturan yang memperlunak karate sehingga menjadi sebatas olahraga dan tarian belaka. Namun, Masutatsu Oyama berhasil mengangkat kembali citra itu ke permukaan.
2. Korespondensi dengan Masutatsu Oyama
Hubungan baik antara Shihan Nardi dengan Masutatsu Oyama ini berkat pertolongan Bapak Mas Agung yang baik hati, beliau adalah pemilik dari Toko Buku Gunung Agung yang saat itu menjadi toko buku terbaik yang terletak di wilayah Kwitang, jakarta Pusat. Bapak Mas Agung sering ke Jepang dalam rangka bisnis dan mencarikan alamat Masutatsu Oyama dan membantu hubungan korespondensi antara Shihan Nardi dengan Masutatsu Oyama. Bapak Mas Agung juga memberikan banyak sekali buku-buku mengenai Karate. Shihan Nardi muda pun sangat senang dan semakin bersemangat dalam mempelajari Karate.
3. Memperoleh Dan I
Mondar mandir Jakarta Surabaya tersebut dilakukan Shihan Nardi semenjak tahun 1959, dan kegiatan itu mempertemukannya dengan Yoshida Sensei dan segera menjadi teman sekaligus memberinya banyak petunjuk dalam dan landasan kuat dalam berlatih Karate. Setelah 3 tahun berlatih karate beserta falsafah hidupnya, maka pada awal tahun 1967 Shihan Nardi diberi gelar Dan I dengan penilaian dan kelayakan dari Yoshida Sensei.
Walaupun banyak olahraga dipraktekkan, tapi beliau jatuh hati pada karate ini. Salah satu sebabnya adalah falsafah hidup yang dengan kuat melandasi karate, yaitu Bushido atau Jalan Samurai. Falsafah ini pula yang membuat bangsa Jepang cepat kembali berdiri setelah kehancuran pada Perang Dunia II. Intisari Bushido sangat sesuai dengan jiwa muda dan idealisme Nardi, yaitu Mentalitas, Semangat, pengabdian, Loyalitas yang tidak membabi buta, Percaya diri sebagai modal untuk maju, Perkasa tapi rendah hati, Kehormatan Pribadi.
4. Kelahiran Perguruan
Pada Tanggal 7 Mei 1967, Shihan Nardi menetapkan tanggal tersebut sebagai tanggal berdirinya perguruan. Dengan satu murid yang pertama dimilikinya, yaitu Hendro Wibowo, yang dengan sikap dan ketekunannya yang luar biasa, bersedia dan mampu menerima latihan yang begitu beratnya. Hal ini membangkitkan semangat Shihan Nardi bahwa masih ada remaja yang dengan semenuh hati bersedia mengikuti instruksinya dalam berlatih dasar-dasar karate. Hal ini membuat Shihan Nardi semakin percaya diri dan mempersiapkan diri lahir batin untuk menyebar luaskan Karate ini.
Pada tanggal tersebut, bergabung dua orang lagi yaitu Dwianto Setyawan dan St. Suprijadi, adik kandungnya sendiri. Pada hari inilah dimulai latihan terjadwal yang pertama, dan dua bulan kemudian, barulah Shihan Nardi membuka kelas latihan unuk umum. Diluar dugaan, hingga akhir tahun anggota perguruan sudah mencapai 150 orang. Saat itu latihan terdiri dari tiga gelombang, yaitu senin s/d kamis, selasa s/d jum’at, dan rabu s/d sabtu. Semuanya dimulai pukul 16:00 sampai 19:00. Para anggota perguruan sangat antusian dan bersungguh-sungguh dalam Latihan. Perguruan ini kemudian diberi nama “PEMBINAAN MENTAL KARATE – GO NO SEN”.
5. Masuknya Sistem Full Body Contact
Ketika Shihan Nardi berada di Tokyo, wewenang menjalankan perguruan diserahkan kepada senior dan berlangsung dengan baik. Tidak lama setelah kembali ke tanah air, Shihan Nardi membuat suatu latihan khusus untuk karateka senior yang bersedia untuk menjadi pelatih dan mengembangkan perguruan. Latihan diadakan selama dua minggu penuh mengingat banyak yang masih pelajar dan tidak bisa terlalu lama meninggalkan bangku sekolah. Tapi walaupun singkat, latihan ini banyak meningkatkan ketahanan fisik, ketrampilan rasa percaya diri, keyakinan, dan menganggap sistem Full Body contact ini tidak berbahaya asalkan diterapkan dengan intensif dan benar.
Sistem Full Body Contact resmi masuk indonesia di tahun 1970 walaupun sudah perna dikenalkan sebelumnya pada warga perguruan. Demonstrasi di gedung Bioskop Mimosa Batu dalam rangka HUT I perguruan sudah membuat banyak penonton kagum. Karate sudah tidak hanya menunjukkan keindahan dan show saja, tetapi punya nilai nyata baik dari ketahanan fisik, mental spiritual, maupun tehnik-tehnik dan ketrampilan dalam membela diri.
Perguruan ini pun merubah namanya menjadi Pembinaan Mental Karate Kyokushinkai Karate-Do Indonesia (Kyokushinkai Karate).
(source:http://www.kyokushinkai.or.id/sejarah.php)
Sejarah Berdirinya Karate Kyokushinkai di Indonesia
Besarnya suatu organisasi, tidak lepas dari jasa-jasa para pendiri dan pengembangnya. Sama halnya dengan Kyokushin di Indonesia. Kyokushin di Indonesia saat ini telah tersebar menjadi 8 aliran, dan tersebar luas di seluruh pelosok negeri. Tentunya hal ini tidak terlepas dari jasa orang-orang yang membawa Kyokushin dari Jepang masuk ke Indonesia. Bagaimanakah awal mula sejarah pertumbuhan Kyokushin di Indonesia? Berikut ini ulasannya.
1. Awal Mula keinginan Shihan Nardi T. Nirwanto S.A.
Kisah ini dimulai di sebuah kota kecil di kecamatan Batu, Malang, Jawa Timur. Seorang pemuda dengan semangat yang gigih, tumbuh besar di sana. Beliau adalah Shihan Nardi T. Nirwanto S.A. Beliau semenjak kecil memang sangat gemar berolah-raga, mulai dari renang, sepak bola, bulu tangkis, dan khususnya body building. Hal ini tak lepas dari ayahnya yang juga mempunyai hobi serupa.
Ketika menginjak masa SMA di tahun 1957, Beliau mulai tertarik akan dunia seni beladiri. Saat itu beliau membaca salah satu majalah yang mengisahkan tentang kisah luar biasa dari Grand Karate Master Masutatsu Oyama yang sudah membuka dojo dan memiliki beberapa ratus anggota. Hal ini menarik hatinya karena Kyokushin mampu mengangkat nama karate untuk bangkit kembali, terutama di dunia Barat yang merupakan titik strategis untuk mengubah sesuatu menjadi mendunia.
Setelah perang dunia II, kepopuleran karate mulai digeser oleh Judo dan karate sendiri menjadi seakan-akan dikebiri oleh peraturan yang memperlunak karate sehingga menjadi sebatas olahraga dan tarian belaka. Namun, Masutatsu Oyama berhasil mengangkat kembali citra itu ke permukaan.
2. Korespondensi dengan Masutatsu Oyama
Hubungan baik antara Shihan Nardi dengan Masutatsu Oyama ini berkat pertolongan Bapak Mas Agung yang baik hati, beliau adalah pemilik dari Toko Buku Gunung Agung yang saat itu menjadi toko buku terbaik yang terletak di wilayah Kwitang, jakarta Pusat. Bapak Mas Agung sering ke Jepang dalam rangka bisnis dan mencarikan alamat Masutatsu Oyama dan membantu hubungan korespondensi antara Shihan Nardi dengan Masutatsu Oyama. Bapak Mas Agung juga memberikan banyak sekali buku-buku mengenai Karate. Shihan Nardi muda pun sangat senang dan semakin bersemangat dalam mempelajari Karate.
3. Memperoleh Dan I
Mondar mandir Jakarta Surabaya tersebut dilakukan Shihan Nardi semenjak tahun 1959, dan kegiatan itu mempertemukannya dengan Yoshida Sensei dan segera menjadi teman sekaligus memberinya banyak petunjuk dalam dan landasan kuat dalam berlatih Karate. Setelah 3 tahun berlatih karate beserta falsafah hidupnya, maka pada awal tahun 1967 Shihan Nardi diberi gelar Dan I dengan penilaian dan kelayakan dari Yoshida Sensei.
Walaupun banyak olahraga dipraktekkan, tapi beliau jatuh hati pada karate ini. Salah satu sebabnya adalah falsafah hidup yang dengan kuat melandasi karate, yaitu Bushido atau Jalan Samurai. Falsafah ini pula yang membuat bangsa Jepang cepat kembali berdiri setelah kehancuran pada Perang Dunia II. Intisari Bushido sangat sesuai dengan jiwa muda dan idealisme Nardi, yaitu Mentalitas, Semangat, pengabdian, Loyalitas yang tidak membabi buta, Percaya diri sebagai modal untuk maju, Perkasa tapi rendah hati, Kehormatan Pribadi.
4. Kelahiran Perguruan
Pada Tanggal 7 Mei 1967, Shihan Nardi menetapkan tanggal tersebut sebagai tanggal berdirinya perguruan. Dengan satu murid yang pertama dimilikinya, yaitu Hendro Wibowo, yang dengan sikap dan ketekunannya yang luar biasa, bersedia dan mampu menerima latihan yang begitu beratnya. Hal ini membangkitkan semangat Shihan Nardi bahwa masih ada remaja yang dengan semenuh hati bersedia mengikuti instruksinya dalam berlatih dasar-dasar karate. Hal ini membuat Shihan Nardi semakin percaya diri dan mempersiapkan diri lahir batin untuk menyebar luaskan Karate ini.
Pada tanggal tersebut, bergabung dua orang lagi yaitu Dwianto Setyawan dan St. Suprijadi, adik kandungnya sendiri. Pada hari inilah dimulai latihan terjadwal yang pertama, dan dua bulan kemudian, barulah Shihan Nardi membuka kelas latihan unuk umum. Diluar dugaan, hingga akhir tahun anggota perguruan sudah mencapai 150 orang. Saat itu latihan terdiri dari tiga gelombang, yaitu senin s/d kamis, selasa s/d jum’at, dan rabu s/d sabtu. Semuanya dimulai pukul 16:00 sampai 19:00. Para anggota perguruan sangat antusian dan bersungguh-sungguh dalam Latihan. Perguruan ini kemudian diberi nama “PEMBINAAN MENTAL KARATE – GO NO SEN”.
5. Masuknya Sistem Full Body Contact
Ketika Shihan Nardi berada di Tokyo, wewenang menjalankan perguruan diserahkan kepada senior dan berlangsung dengan baik. Tidak lama setelah kembali ke tanah air, Shihan Nardi membuat suatu latihan khusus untuk karateka senior yang bersedia untuk menjadi pelatih dan mengembangkan perguruan. Latihan diadakan selama dua minggu penuh mengingat banyak yang masih pelajar dan tidak bisa terlalu lama meninggalkan bangku sekolah. Tapi walaupun singkat, latihan ini banyak meningkatkan ketahanan fisik, ketrampilan rasa percaya diri, keyakinan, dan menganggap sistem Full Body contact ini tidak berbahaya asalkan diterapkan dengan intensif dan benar.
Sistem Full Body Contact resmi masuk indonesia di tahun 1970 walaupun sudah perna dikenalkan sebelumnya pada warga perguruan. Demonstrasi di gedung Bioskop Mimosa Batu dalam rangka HUT I perguruan sudah membuat banyak penonton kagum. Karate sudah tidak hanya menunjukkan keindahan dan show saja, tetapi punya nilai nyata baik dari ketahanan fisik, mental spiritual, maupun tehnik-tehnik dan ketrampilan dalam membela diri.
Perguruan ini pun merubah namanya menjadi Pembinaan Mental Karate Kyokushinkai Karate-Do Indonesia (Kyokushinkai Karate).
(source:http://www.kyokushinkai.or.id/sejarah.php)